skip to main |
skip to sidebar
Lambaian Janji Di Terminal
Aku selalu bisa menemukanmu
di tiap pucuk pekan paling tua
saat kembali tiba di kota ini
Engkau kerap di situ hanya rimpuh
sendiri
mengurat renung yang kau tenun
pada sepotong bangku retak
di pojok terminal
Layaknya petang ini, selepas hujan
mengguyur
basah bangku terminal tempatmu
tengger
masih lembab leluasa
aku mendekatimu mencoba rekat
menujum tisik tatapmu
Selebihnya hanya retak detak
yang berlomba menggulung
deru knalpot, bising klakson, pedagang asongan, serta calo-calo bus
yang ikut berteriak-teriak serak
memarkir tuntutan paniknya perut
Sejurus ujung matamu melirikku
di sini ia meninggalkanku bersama
janji
bahwa ia akan kembali
ucapmu lirih bersama senyum yang
kau kempiskan
hanya janji yang mengkaratkanmu
berhitung musim di sini
menanti tiap detik anjak hingga
usai hari-hari lelah
menelan pahit derit roda-roda
yang menjerit
menunggu lambaiannya
untuk datang menuntaskan janji
menikahimu di terminal ini
*miris liat nenek itu*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar