21 Des 2014

Jalan kepedihan


Kafka,,,
Bukankah diary sudah disunting debu ?
Setebal sesak,,,
Dimana Seseorang hanya berhias rindu di sepertiga hidupnya.
Hanya seorang penyair yang tau,

Sejauh apa airmata jatuh.
Ketika kata-kata serupa anafora,
Maka,,,
Kepedihan adalah lempung terpasung,
Yang luruh diatas kertas.
Bukan waktu, atau kita yang lebih pintar membuang perasaan.
Tapi,,,
Takdir.
Engkau sosok murni yang melenggang bebas dari iblis,
Sementara aku,
Kelana yang berjalan via dolorosa.
Perihal keabadian,,,
Mungkin benar.
Sesuatu yang palsu itu memang kekal.
Selayak mawar terakhir berwujud replika.
Teatrikal perenung,
Menggambar paras dengan tinta dari gerimis.
Tak bernama,,,
Seperti kursi tua yang alih jadi kayu tanpa bentuk.
Tak berdetak.
Sampai Seseorang yang dicintai datang,
Memberi arti.

_aku_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar